Rabu, 28 Mei 2014

STILL LOVING YOU

Dia menghampiriku, seperti biasanya. Begitu bergegas, seolah begitu ingin bertemu denganku. Matanya berbinar, senyumnya terkembang saat melihatku. Aku berusaha mengelak. Hanya berbincang sesaat lalu kutinggalkan dia. Entahlah apakah dia merasa atau tidak saat aku mengabaikannya. Batinku berkecamuk, serasa diri begitu kejam. Namun aku hanya ingin menempatkannya di waktu yang tepat, suatu hari nanti.

Oh....lagi-lagi aku bertemu dengannya. Apakah dia sengaja membuntutiku? Ah, tidak. buru-buru kutepis pikiran itu. Bertahun-tahun dia menghujaniku dengan berbagai perhatian. Sms-smsnya, bantuan yang ditawarkan, perhatiannya, semuanya. Membuat dinding hatiku mulai luluh. Kurasakan desir-desir halus mulai menyusup. Menantinya, menyukai perhatiannya, walau aku tetap tak menjalin ikatan dengannya. Perasaan apa ini? Tidak tidak aku tidak boleh, tidak boleh.

Setelah dia lulus aku merasa kehilangannya. Di suatu momen yang tak terduga kami bertemu. Dia sedang mengurus surat-surat kampus untuk keperluan pekerjaannya, sedang aku masih kuliah. Masih kulihat mata yang sama, memandangku penuh cinta. Aku tetap menyembunyikannya, malu-malu, dan tak mengakuinya. Lalu kami kembali kepada urusan masing-masing.

Tak lama kemudian aku pun bekerja. Aku merindukan kehadirannya. Kucari jejak-jejak yang tertinggal. Nomernya masih ada. Dorongan hati membuatku memencet tombol-tombol hp itu untuk mengirimkan pesan padanya. Aku mencintaimu, kembalilah. Aku merindukan perhatianmu. Begitu inti pesanku. Tak kusangka dia masih menyimpan rasa itu. Wajahnya makin rupawan, mungkin uangnya telah banyak sehingga cukup untuk merawat diri dengan lebih baik.

Masa itu begitu singkat, hingga sesuatu yang tak dikehendaki terjadi. Dia bilang akan menikahiku saat usianya 30 tahun. Ibuku tak setuju, terlalu tua rasanya menikah di umur segitu. Lalu entah mengapa dia menghilang setahun lamanya. Aku merasa bingung dan aneh, hancur. Apalagi saat itu bapakku baru saja meninggal. Tapi Allah punya rencana yang lain sehingga akhirnya aku bertemu dengan pria tampan dari masa laluku, sebut saja Arif. Sungguh suatu keajaiban bahwa ternyata Arif yang kucintai sejak belasan tahun yang lalu kini menjadi kekasihku. Menggantikan Setyo, yang hilang ditelan bumi.

 Suasana begitu rumit ketika Setyo kembali. Dia ingin meraihku lagi, tapi tak mungkin. Aku mencintai Arif, sedang cintaku pada Setyo adalah karena kegigihannya saja. Lagipula tak ada kata maaf untuk suatu ketidak-jelasan setahun lamanya. Meski dia sempat menuduhku mudah berpaling tapi aku yakin jauh di lubuk hatinya memahami alasan dari semua keputusanku. Apakah dia berharap aku akan menunggunya seumur hidupku? Sungguh naif. Bagaimana jika dia tidak kembali untuk selamanya?

Bersama dengan Arif ternyata tak membuatku bahagia. Apalagi Setyo kadang-kadang masih hadir dalam hidupku. Terkadang aku membandingkan keduanya, namun hatiku tak bisa memilih. Bisikan hatiku mengatakan, bukan salah satu di antara mereka. Setyo tak rela aku bersama Arif, dia berusaha meraihku. Dia melamarku. Tapi maafkan aku, hasil istikharahku menolakmu. Kemudian dia bekerja di tempat yang jauh dan langsung menikah.

Sampai di sini aku mengerti bahwa dia selingkuh, walaupun dia mengatakan kalau ini adalah suatu perjodohan. Namun sang waktu selalu jujur dan membenarkan dugaanku. Malangnya, keputusan yang tergesa-gesa itu membuatnya menyesal seumur hidupnya. Istrinya bukanlah istri yang baik. Aku sendiri heran mengapa itu bisa terjadi? Padahal saat bersamaku dia selalu mengujiku dengan ini dan itu. Aku sampai bosan dan lelah, dan sangat tak enak rasanya.

Akhirnya dia harus mengakui bahwa aku yang terbaik. Beberapa kali dia ingin kembali namun aku mengabaikannya. Aku sempat sangat membencinya dan mendoakan keburukan untuknya saat kutahu dia begitu sering menipu dan mempermainkan aku, tapi itu hanya sesaat. Karena di waktu-waktu tertentu hatiku teramat sakit terkenang masa-masa kelam antara aku dan dia.

Terakhir kudapati nasibnya makin mengenaskan. Takdirnya yang menikah mendahuluiku bukan berarti nasibnya lebih baik dariku yang hingga kini belum bertemu jodoh. Memiliki istri yang sangat galak, matre, dan tidak memenuhi kewajibannya pastilah membuat rumah tangganya bagai di neraka. Hatiku luluh. Bagaimanapun rasa itu pernah ada di antara kami. Apalagi ketika dia mengatakan kini dia telah berubah, bukan Setyo yang baik yang dulu kukenal. Hatiku begitu perih. Mengapa harus kamu? Mengapa takdir membawamu menjadi seseorang yang seperti “itu”?

Aku berusaha membawanya “kembali”, seketika segala perasaan buruk di hati menguap. Aku mencintainya, hanya saja takdir yang membuat kami tidak bersatu. Kini aku sering mendoakannya agar kembali ke jalan yang benar. Tak lupa aku pun mendoakannya agar mendapatkan istri yang shalihah. Bagaimanapun aku pernah mencintainya, aku pernah dilamar olehnya, aku pernah merasakan sedikit banyak kebaikan darinya, dan segudang alasan lainnya.


Aku tetap mencintainya, tapi dengan cinta yang berbeda. Cinta berdasar nafsu yang dulu berganti dengan cinta kepada sesama muslim. Aku selalu berharap Allah akan memberikan hidayah untukmu, membuatmu bertobat dan menerima tobatmu. Aku berharap kita nanti akan sama-sama bahagia, dengan kehidupan kita masing-masing. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar