Minggu, 03 November 2013

JANGAN TERTIPU PRODUK INDONESIA "RASA" LUAR NEGERI

Don't judge book from the cover atau jangan lihat buku dari covernya itu tidak selalu berlaku. Serupa dengan itu hal ini juga berlaku untuk segala produk Indonesia. Bukan cover sih, tapi label / mereknya. Merek ini suka menjadi prioritas. Made in Singapura, made in Perancis, dan lain-lain.
Gaya hidup menjadi penyebab utama fenomena ini. Lingkungan yang glamour atau mudah terpengaruh membuat orang-orang Indonesia berburu produk-produk luar negeri. Bahkan walau dilabel dengan KW 2 dan seterusnya asal bertuliskan "made in (luar negeri)" gengsi meningkat. Apalagi kalau produk itu dipopulerkan artis serta TV atau media lain hingga menjadi tren / booming, yang tidak mengikuti / memakainya dipandang ketinggalan zaman, kuper, dan sebagainya. Ujung-ujungnya mereka bisa tersisih dari  pergaulannya. 
Hal yang mungkin belum disadari (atau memang pura-pura acuh) adalah ternyata banyak sekali produk luar negeri yang ternyata buatan Indonesia. Maksudnya produk itu dibuat oleh orang Indonesia lalu diproses lagi di luar negeri dan diberi label luar negeri sehingga seakan-akan produk mereka. Bahkan ada juga yang cuma dilabel saja di sana/diberi merek luar negeri, kemudian masuk lagi ke Indonesia menjadi seakan-akan made in "luar negeri". Kalau sudah begini harganya meningkat. Sayang sekali, bukan? 
Dipandang dari sisi produsen, mereka juga banyak yang membuat "tiruan" dari produk-produk luar negeri. Entah karena mengikuti selera konsumen Indonesia atau memang kurang kreatif saja. Ini menjadi PR untuk kita semua. Di sisi lain, sebenarnya kurang tepat kalau dikatakan kurang kreatif karena nyatanya banyak juga produsen yang lebih suka menjual ke luar negeri karena lebih menguntungkan. 

Dari kesemuanya ini bukankah sebenarnya produk Indonesia itu diterima oleh masyarakat Indonesia (walaupun diberi label/merek luar negeri dulu misalnya)? Dan bukankah produk Indonesia diterima oleh pasar luar negeri (artinya kualitasnya bagus/bisa bersaing dengan produk mereka)? Jadi sebenarnya produk Indonesia bisa menjadi primadona di negerinya sendiri.