Kamis, 17 September 2015

Yuk Dukung Pelestarian Air Tanah Jakarta!



Kritisnya Air Tanah Jakarta




Air tanah Jakarta saat ini berada dalam kisaran kritis hingga rusak. Zona kritis ini menurut Pelaksana Harian Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta, Ridwan Panjaitan, terjadi di Jakarta Pusat, Timur, dan Utara, sedangkan Jakarta Selatan kualitas air tanahnya masih relatif bagus. Bagi peneliti dan dosen Teknik Lingkungan Universitas Indonesia, Dr. Firdaus Ali, air tanah Jakarta malah sudah kering, tidak sehat, serta tidak layak untuk dikonsumsi. Apa yang diambil masyarakat saat ini bukanlah air tanah yang sesungguhnya, melainkan cadangan air purba. Penggunaan air tanah purba terus-menerus dapat menurunkan permukaan tanah sehingga jika sudah habis maka Jakarta bisa tenggelam.

Kritis/rusaknya air tanah dipicu oleh berbagai penyebab, seperti eksploitasi air tanah yang berlebihan, meningkatnya polusi, belum meratanya sambungan air bersih, dan karena menggunakan air sumur tidak perlu membayar seperti air PAM.

Bertambahnya jumlah penduduk Jakarta berimbas pada meningkatnya kebutuhan akan air. Pemanfaatan air tanah oleh penduduk diperkirakan menjadi 80%, sedangkan industri menjadi 90%. Eksploitasi berlebihan ini menyebabkan cekungan air tanah Jakarta kini mencapai dua kali lipat dari level maksimum yang diperbolehkan agar terhindar dari intrusi air laut ke daratan. Akibatnya, hasil penelitian Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan bahwa intrusi air laut di permukaan Jakarta sudah mencapai 3 kilometer ke daratan, sedangkan di bagian tanah dalam sudah melebihi 10 kilometer.




Eksploitasi air tanah yang berlebihan dapat menyebabkan amblesnya tanah (land subsidence), intrusi air laut, pencemaran air tanah, rusaknya siklus hidrologi, tandusnya tanah, serta penurunan kuantitas, kualitas, dan debit air tanah. Jika kita membuat sumur maka air baru akan muncul pada kedalaman 40 meter atau lebih, padahal sebelumnya hanya dibutuhkan kedalaman 20 meter. Tak hanya itu, tanah dan ruas jalan bisa ambles, gedung-gedung menjadi berongga, dan gedung-gedung bertingkat menjadi miring. Peristiwa amblesnya jalan RE Martadinata di Ancol, September 2010 adalah contohnya. Indonesia Water Institute menyatakan, permukaan tanah Jakarta menurun 4-5 meter/tahun. Bahkan di beberapa wilayah, kontur tanah turun hingga 28 meter/tahun. Kondisi ini bisa memperparah banjir yang terjadi di sana. Ketika permukaan tanah lebih rendah dari permukaan laut, air tak bisa lagi mengalir ke laut lepas. Nicole Colbarn dari Universitas Oslo sempat menuliskan prediksinya di dalam Will Jakarta be the Next Atlantis. Menurutnya, jika air tanah terus dieksploitasi berlebihan sedangkan pemerintah kurang berkomitmen untuk memanfaatkannnya secara berkelanjutan maka Jakarta akan tenggelam dan hilang seperti Atlantis.




Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah dampak-dampak buruk tersebut, antara lain:

1.   Melindungi daerah imbuhan air tanah untuk mencegah berkurangnya pembentukan air tanah.
2. Mengendalikan eksploitasi air tanah di daerah lepasan (groundwater discharge area) untuk mencegah menurunnya ketersediaan air.
3. Menggunakan air tanah seefektif dan seefisien mungkin dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.
4.    Mengelola kualitas air dan mengendalikan pencemaran air secara terpadu.
5. Mensosialisasikan pentingnya pengelolaan air tanah berorientasikan kelestarian lingkungan.
6.   Menjaga agar pembangunan fasilitas umum di bawah tanah (seperti jalan, rel kereta api, dan lainnya) tidak berbenturan dengan upaya konservasi air tanah.
7.  Menertibkan/menindak industri, hotel, atau rumah tangga yang menggunakan jet pump atau sumur-sumur ilegal, baik sumur bor maupun sumur pantek jika sudah terjangkau air bersih perpipaan.
8.   Meninggalkan ketergantungan pada air tanah dan beralih menggunakan air bersih perpipaan.
9.  Mengawasi pemberlakuan Peraturan Gubernur (Pergub) No 37 tahun 2009 tentang Kenaikan Pajak Air Bawah Tanah secara serius dan konsisten serta memberi hukuman berat bagi pelanggarnya.
10.    Meningkatkan jangkauan dan layanan PAM, serta kualitas dan volume air PAM.

 

 11.    Menindak pencurian air




12.    Membuat sumur resapan
13.    Melestarikan situ dan danau
14. Menerapkan 5R: Reduce (menghemat), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mengolah kembali), Recharge (mengisi kembali), dan Recovery (memfungsikan kembali).
15.  Mengolah air sungai sebagai sumber air baku tambahan dengan teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR).
16.  Menghindari penggunaan jaringan pipa PAM hanya sebagai cadangan untuk mencegah persentase kehilangan air yang cukup tinggi. Tekanan air yang sangat kuat membuat pipa air rusak, pecah dan bocor karena tidak dapat mengalir dengan baik ke pipa saluran rumah-rumah pelanggan.

Kita juga bisa mendukung aksi pelestarian air tanah Jakarta, dengan cara:
1.    Menghemat air.
2.    Mencegah dan segera mengatasi kebocoran pipa.
3.    Menanam pohon dan membuat resapan air.
4.    Tidak mencemari lingkungan.
5.    Menggunakan air bekas mencuci sayur dan buah untuk menyiram tanaman.
6.    Mematikan keran air sesudah dipakai.
7.    Menggunakan air bersih perpipaan.
8. Melaporkan tindakan pencurian air





 Selamatkan Air Tanah Jakarta Bersama Aetra 

Air tanah Jakarta banyak yang sudah tercemar, baik dari limbah cair rumah tangga maupun lainnya. Sekitar 85% sumur di Jakarta telah tercemar bakteri Escherichia coli yang berasal dari rembesan septic tank. Digunakan untuk keperluan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) saja tidak layak, apalagi untuk dikonsumsi. Meskipun demikian, warga tidak bisa langsung beralih untuk menggunakan air permukaan. Sebanyak 13 sungai dan 43 waduk telah rusak dan tercemar, sehingga tidak layak digunakan sebagai air baku. Baik air tanah maupun air permukaan kualitasnya sudah parah, sehingga warga terpaksa membeli air galon/isi ulang.



Aetra hadir sebagai solusi. Perusahaan ini berkomitmen untuk menyediakan layanan air bersih yang zero waste dan ramah lingkungan. Aetra bertanggung jawab untuk mengelola, mengoperasikan, memelihara, serta berinvestasi untuk mengoptimalkan, menambah dan meningkatkan pelayanan air bersih di sebelah timur sungai Ciliwung meliputi sebagian wilayah Jakarta Utara dan Pusat serta seluruh wilayah Jakarta Timur hingga tahun 2023. Dengan sumber air baku dari waduk Jatiluhur, air tanah bisa terselamatkan. Meskipun bersumber dari air permukaan, airnya bersih dan aman untuk dikonsumsi karena telah diolah di Instalasi Pengolahan Air (IPA).


 
Keberadaan Aetra ini telah berhasil meningkatkan akses air bersih dari 57,4% (1998) menjadi 65,2% (2008). Selain itu, Aetra menggunakan sistem pengolah lumpur Decanter yang pertama dan terbesar di Asia Tenggara, sehingga air yang dihasilkannya ramah lingkungan dan dapat di-recycling kembali sebagai tambahan pasokan air baku untuk proses produksi, sedangkan lumpurnya bisa digunakan sebagai batu bata dan conblok.




Dengan semua manfaat ini Aetra terus mensosialisasikan agar masyarakat beralih menggunakan air bersih perpipaan dan menurunkan penggunaan air tanah. Masyarakat yang belum terlayani air perpipaan atau berpenghasilan rendah juga tidak perlu khawatir karena pelayanan berkonsep Master Meter dan pendirian Kios Air bisa menjadi solusi atas hal ini.

Tidak mau kan Jakarta tenggelam? Yuk dukung pelestarian air tanah Jakarta! Selamatkan air tanah Jakarta bersama Aetra!







Sumber:

Sumber gambar: web/medsos Aetra 

2 komentar: