Oke deh kita mulai dari LUMPUR LAPINDO, berita terheboh mungkin ya tentang Sidoarjo saat ini.
1. LUMPUR LAPINDO
Tragedi lumpur lapindo ini terjadi di dusun Balongnongo, desa Renokenongo, kecamatan Porong, tepatnya 29 Mei 2006. Ini menjadi citra buruk bagi kabupaten Sidoarjo (entahlah biasanya yang buruk-buruk mudah dikenal). Penyebabnya masih menjadi kontoversi, ada yang meyakini bahwa musibah itu disebabkan karena kesalahan prosedur pengeboran yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas namun ada pula yang meyakini itu disebabkan karena bencana alam (dipicu oleh gempa bumi), atau gabungan dari keduanya. Di sini saya tidak akan menyinggung lebih dalam mengenai muatan politisnya, tetapi lebih pada bagaimana melihat potensi di balik bencana. Dengan kata lain mengubah musibah menjadi berkah.
Pasca menyemburnya lumpur lapindo, berbagai pihak berlomba-lomba menghentikan laju semburan lumpur itu. Ada pula yang mencari manfaat dari lumpur itu. Bahkan dua peneliti senior dari Institut Teknologi Surabaya (ITS), Dr. Amien Widodo dan Dr. Lukman Noerochim telah menemukan teknologi tepat guna untuk mengekstraksi dan mengolah lithium dari lumpur Sidoarjo, sebagai bahan pembuatan katoda baterai lithium. Di sisi lain semburan lumpur semacam ini merupakan kejadian yang lumayan langka di dunia internasional, belum banyak dikaji. Padahal dari Sidoarjo hingga Bogor terdapat serentetan gunung lumpur, juga dari satu jalur arah Barat ke Timur sampai dengan Selat Madura. Musibah serupa pernah terjadi di Sangiran, yang menenggelamkan sebuah kerajaan di Jawa Timur sekitar 400 tahun silam. Menurut Prof. Sukendar Asikin, ahli tektonik dan geologi struktus dari Institut Teknologi Bandung (ITB), peristiwa semacam itu terjadi karena beban di atas permukaan tanah di beberapa wilayah di Pulau Jawa terlalu berat, misalnya oleh kepadatan kota.
Profesor Ross Griffiths, Kepala Penelitian Geofisika dan Ilmu Bumi Universitas Nasional Australia dan pakar geologi lainnya sangat tertarik dengan fenomena lumpur lapindo ini. Menurutnya, selama ini geolog lebih berfokus pada fenomena vulkanik gunung berapi, padahal lumpur Sidoarjo juga merupakan materi vulkanik walaupun berkaitan dengan gunung berapi. Belajar dari musibah Tsunami di Aceh, terkait musibah lumpur lapindo di Sidoarjo bisa dibangun pusat penelitian dan semacam museum lumpur. Sayangnya, film dokumenter tentang musibah ini pembuatannya sudah didahului oleh orang luar negeri, yaitu berjudul "Mud Max: Investigative Documentary Sidoarjo Mud Volcano Disaster."
Konsep smart saya di sini adalah membangun pusat penelitian, museum lumpur lapindo, membuat film dokumenter tentang lumpur lapindo, dan sekaligus membuat sentra jajanan lumpur aneka rasa yang juga khas Sidoarjo. Sip kan? Sama-sama lumpurnya, tapi yang satu enak dimakan tentunya. Jadi untuk musibah semacam ini, kita harus selangkah lebih maju dari orang-orang luar negeri. Oya, masyarakat di sana juga sudah membuat patung-patung lumpur untuk memperingati musibah lumpur lapindo. Itu juga cukup bagus untuk menghias museum atau objek wisata di sana.
2. MIX MATCH POTENSI SIDOARJO
Ikon Sidoarjo adalah udang dan ikan, tetapi Sidoarjo juga terkenal dengan kupangnya. Diversifikasi produk sudah banyak dilakukan, misalnya ketika bandeng dibuat bandeng presto, bandeng asap, bandeng cabut duri, otak-otak bandeng, dan sebagainya. Dari ikan, udang, atau kupang bisa dibuat petis atau terasi. Bahannya bisa tunggal bisa pula kombinasi, misalnya petisnya berbahan ikan dan udang, ikan dan kupang, dan sebagainya. Petis atau terasi ini bisa dibuat menjadi petis aneka rasa atau terasi aneka rasa, kemudian dikemas dalam kemasan yang menarik. Varian rasa ini harus terus dikembangkan hingga menjadi rasa khas Sidoarjo. Kadang-kadang ikan jenis tertentu memiliki rasa tertentu, ini harus dieksplorasi selain dengan eksplorasi penambahan aneka bahan/bumbu penyedap. Pemanfaatannya juga harus dicari, untuk suatu rasa cocok sebagai bahan/pelengkap makanan atau masakan apa. Misalnya rujak, sambal terasi, kupang lontong, dan sebagainya juga akan berkembang menjadi aneka rasa. Nama masakannya pun harus aneh-aneh sehingga menimbulkan rasa penasaran bagi pengunjungnya.
Potensi petis bisa disinergikan dengan potensi kerupuk, serta tahu dan tempe di Sidoarjo menjadi aneka makanan yang dijual sebagai oleh-oleh atau disajikan di warung-warung dan rumah makan.
Contoh lain misalnya potensi sayur mayur disinergikan dengan industri pot bunga, kebetulan keduanya terletak di desa Suko; atau sayur mayur dengan industri gerabah di Sekardangan, tak jauh dari Suko. Zaman sekarang ini sudah banyak orang menjual bibit tanaman secara online, diusahakan agar bibit sayuran ini juga dijual secara online, lalu limbah sayurnya dibuat kompos/pupuk (bisa dijual bisa digunakan sendiri). Cara lain adalah dengan membuat produk berbahan sayuran misalnya jus sayuran (bentuk serbuk ataupun segar), siomay sayur, mie sayur, dan sebagainya. Prospek ini tidak boleh dianggap remeh mengingat ada juga kelompok-kelompok vegetarian atau pelaku food combining yang lebih suka memakan nabati daripada hewani.
Untuk industri yang lain intinya sama, dicari mix match-nya (kombinasinya).
3. SIDOARJO SEBAGAI KAWASAN AGROPOLITAN
Komoditas unggulan Sidoarjo adalah kedelai. Berbeda dengan daerah lain yang lebih tertarik pada padi, jagung, dan kacang hijau. Salah satu penghasil kedelai adalah desa Pagerngumbuk kecamatan Wonoayu. Kedelai ini bisa diolah/disinergikan dengan industri tahu dan tempe, diolah menjadi susu kedelai, nata de soya, kecap, menjes, mendol, dan lain-lain. Akan lebih baik jika bisa dikonsep seperti edamame, kedelai jepang. Edamame walaupun dijual dalam bentuk kemasan sederhana sangat digemari dan menjadi jujugan (tujuan) oleh-oleh wisata di Malang. Keripik tempe juga bisa menjadi produk olahan yang perlu dipertimbangkan. Keripik tempe yang terkenal adanya di Malang, sayang sekali saya tidak mendengar Sidoarjo terkenal dengan keripik tempenya padahal kedelai merupakan komoditas unggulan Sidoarjo. Keripik tempe Sidoarjo juga dibuat dengan rasa yang berbeda dari keripik tempe Malang, serta dibuat dalam aneka rasa. Selain itu kedelai juga bisa diolah menjadi biskuit kedelai, roti kedelai, atau lainnya.
Oya, berhubung lahan pertanian semakin sempit sistem pertanian kedelai ini bisa menggunakan sistem vertikultur.
4. SIDOARJO SEBAGAI MINAPOLITAN
Sebagai minapolitan Sidoarjo kaya akan udang, bandeng, kupang, dan rumput laut; dengan komoditas unggulan berupa bandeng dan udang. Industri bandeng terdapat di desa Penatar Sewu kecamatan Tanggulangin dan desa Kalanganyar kecamatan Sedati; sedangkan industri udang terdapat di desa Kedungpeluk kecamatan Candi, desa Kedungpandan kecamatan Jabon, dan desa Kalanganyar kecamatan Sedati. Letak Sidoarjo yang strategis sangat mendukung hal ini. Sayangnya tingkat konsumsi ikan di sana masih rendah walaupun sudah ada gerakan GEMARIKAN (Gerakan Masyarakat Makan Ikan). Untuk itu, udang dan ikan harus terus dimasyarakatkan dengan berbagai sajian menarik, misalnya bakso ikan, bola-bola udang, siomay ikan, tempura, dan produk atau masakan lain berbahan ikan atau udang. Program ini bisa disinergikan dengan program jajanan sehat di sekolah atau makanan bergizi di posyandu (untuk ibu hamil dan menyusui), puskesmas, atau catering-catering makanan kantor pemerintah dan swasta.
Nah, itu adalah beberapa ide dari saya sebagai wujud kepedulian saya terhadap kota saya tercinta. Semoga ke depannya Sidoarjo makin maju dan berkembang.
Ini potensi daerah saya, apa potensi daerah Anda?
Kontes Blog #3TahunWB - Warung Blogger Peduli Potensi Daerah
Sumber:
http://www.kompas.com/read/xml/2010/02/15/12471965/Lumpur.Lapinhttp://hotmudflow.wordpress.com/2010/02/27/lumpur-lapindo-jadi-perhatian-dunia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar