Bingung ya dengan rekening listrik yang makin gemuk dari bulan ke bulan? Ada strateginya lho agar rekening listrik tetap langsing plus nggak bikin pusing. Mau tau rahasianya? Kasih tau nggak ya?
Berhubung saya lagi berbaik hati nih, saya kasih tau deh. Rahasianya adalah StarkLED. StarkLED, Lampu LED murah berkualitas hematnya dari hari pertama.
Selama ini orang lebih suka memakai lampu pijar atau neon. Masih sering dijumpai orang beranggapan bahwa lampu LED itu mahal. Padahal dengan harga yang "katanya" mahal itu lampu ini bisa lebih hemat energi dibanding lampu jenis lainnya.
Lampu pijar meskipun sangat murah namun berumur pendek, karena banyak energi yang terbuang dalam bentuk inframerah dan panas. Gampangnya begini, lampu pijar itu murah tapi kita harus sering beli agar rumah kita tetap terang. Sama juga bohong kan? Sementara lampu LED umurnya bisa mencapai 3 sampai 100 kali lipat dari umur lampu pijar. Wuih...panjang umur ya!
Kalau neon lain lagi. Walaupun lebih hemat daripada lampu pijar namun lampu jenis ini mengandung merkuri yang tidak baik bagi kesehatan dan lingkungan. Selain itu, pemakaian neon juga mengakibatkan pemanasan global.
Kita semua peduli lingkungan, kan? Lampu LED berbahan semi konduktor, jadi bisa mengurangi emisi karbon dunia penyebab pemanasan global. Tak hanya irit, lampu LED juga ramah lingkungan dan tidak mudah rusak bila bohlamnya pecah. StarkLED adalah lampu LED rekomendasi saya. Iritnya pasti, terangnya sudah terbukti.
StarkLED, Lampu LED murah berkualitas hematnya dari hari pertama. Dengan lampu ini bisa menghemat hingga ratusan ribu rupiah lho. Rekening listrik membengkak? Nggak jamannya lagi. StarkLED solusinya.
Kamis, 31 Oktober 2013
COBA ADA ACER
"Tidaaak....." Kepanikan melandaku saat tersadar besok adalah hari pengumpulan tugas nge-blog KEB. Sementara jaringan internetku pagi itu sangat lambat, aku belum sempat membaca tema apa untuk minggu ke dua ini. Berkemas dan sangat terburu-buru aku dan ibu berangkat ke rumah eyang. Kami hendak silaturahim ke rumah sepupu yang baru saja pulang dari ibadah haji. Selamat tinggal notebook ku, tak mungkin aku membawamu karena bawaan kami sudah sangat banyak.
Rasanya tak enak, biasa menulis namun harus terpisah dari notebook yang selalu menemaniku. Hiburan dan pekerjaanku bertaut dengannya. Tidak produktif, galau. Apalagi di sini tidak ada komputer / notebook. Untung saja tiba-tiba aku teringat 2 emak KEB yang nomernya nangkring di HP-ku, mak Dwi dan mak Rahmah. Setelah kuhubungi keduanya, mak Rahmah-lah yang tahu tema lomba itu, syukurlah. Persoalan baru muncul saat aku tersadar akan alat tulisku. Astaga, aku bawa buku tulis / tidak, ya? Langsung kubongkar-bongkar tasku, lalu lemas karena tak menemukannya. Namun ketika kubuka kotak pensilku, kutemukan secarik kertas sisa. Alhamdulillah, akhirnya aku bisa menulis draft untuk lomba.
Esoknya aku pun buru-buru pulang. Sangat pagi, biar bisa posting tepat waktu.
Hhh...coba ada notebook tipis kaya Acer Aspire E1-432, pasti nggak akan susah dan galau seperti ini. Lagi-lagi karena nggak punya Acer.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam event “30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30% Lebih Tipis” yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan Acer Indonesia.”
Rasanya tak enak, biasa menulis namun harus terpisah dari notebook yang selalu menemaniku. Hiburan dan pekerjaanku bertaut dengannya. Tidak produktif, galau. Apalagi di sini tidak ada komputer / notebook. Untung saja tiba-tiba aku teringat 2 emak KEB yang nomernya nangkring di HP-ku, mak Dwi dan mak Rahmah. Setelah kuhubungi keduanya, mak Rahmah-lah yang tahu tema lomba itu, syukurlah. Persoalan baru muncul saat aku tersadar akan alat tulisku. Astaga, aku bawa buku tulis / tidak, ya? Langsung kubongkar-bongkar tasku, lalu lemas karena tak menemukannya. Namun ketika kubuka kotak pensilku, kutemukan secarik kertas sisa. Alhamdulillah, akhirnya aku bisa menulis draft untuk lomba.
Esoknya aku pun buru-buru pulang. Sangat pagi, biar bisa posting tepat waktu.
Hhh...coba ada notebook tipis kaya Acer Aspire E1-432, pasti nggak akan susah dan galau seperti ini. Lagi-lagi karena nggak punya Acer.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam event “30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30% Lebih Tipis” yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan Acer Indonesia.”
Kamis, 24 Oktober 2013
Notebook Tipis Bikin Produktif
Dulu saya belum begitu menyadari pentingnya notebook yang tipis. Pertimbangan saya waktu itu, asalkan ukuran layar monitor pas di mata, harga pas di kantong, dan fiturnya memadai sudah lebih dari cukup. Sampai akhirnya sekolah mengadakan kegiatan dan rapat yang mengharuskan membawa notebook sendiri, terasa sekali betapa pegal pundak ini. Saya pun kapok dan malas membawa notebook untuk mobile.
Di lain waktu, saya melihat teman-teman guru asyik mengerjakan tugas di sekolah. Mereka membawa notebook masing-masing yang berukuran kecil. Terasa sekali diri ini tidak produktif karenanya, namun notebook yang terlalu kecil tidaklah nyaman untuk dilihat.
Ternyata Acer punya solusi untuk semua ini, yaitu Acer E1-432. Bayangkan, layar 14" dengan dimensi 30% lebih tipis. Cocok seperti kebutuhan saya. Daya tahan baterainya yang hingga 6 jam sangat sesuai untuk penulis dan guru seperti saya. Dengan TDP 15 Watt, daya yang digunakan sangat efisien dan tidak cepat panas asal ditempatkan pada permukaan rata (bukan kain, karpet, dll). Aspire E1-432 ini ternyata juga mempunyai keunggulan utama berupa prosesor Intel 4th Gen. terbaru (Haswell) dan dilengkapi dengan prosesor Intel Dual Core Celeron Prosesor 2955U yang membuat kinerjanya meningkat. Kapasitas penyimpanan RAM-nya yang sebesar 2 GB dan bisa di-upgrade hingga 8 GB, serta hard disk SATA berukuran 500 GB membuat kita tenang jika ingin menyimpan berbagai file penting ataupun sekedar hiburan. Waktu workshop misalnya, saya bisa dengan tenang mengcopy materi dan menyimpannya pada notebook ini
Grafisnya juga baik kok untuk main game, memasukkan foto, atau gambar. Foto dan gambar biasa dibutuhkan untuk tugas guru (mengajar ataupun administrasi) dan tugas penulis (sebagai kelengkapan naskah), sedangkan saat suntuk kita bisa rehat sejenak dengan main game. Oh ya, OS-nya sudah Windows 8 lho. Oke, kan?
Wah kalau seperti ini nih waktu-waktu yang dulu sering terbuang untuk ngerumpi dengan teman jadi lebih produktif. Di pergantian jam mengajar saya bisa menulis artikel / buku saya, membuat tugas-tugas sekolah, dan sebagainya. Juga saat jam kosong menjelang pulang.
Tak usah khawatir, tidak mahal kok. Hanya seharga Rp. 4.749.000,- untuk semua fitur di atas.
Notebook tipis ini memang membuat produktif plus menjadikan kantong tebal.
Notebook tipis ini memang membuat produktif plus menjadikan kantong tebal.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam event “30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30% Lebih Tipis” yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan Acer Indonesia.”
Senin, 21 Oktober 2013
SARJANAKU UNTUK PEMIMPIN KECILKU
Mendengar
kata sarjana menimbulkan berbagai penafsiran di pikiran orang. Terlebih, jika
mereka mengetahui jurusan apa yang kupilih di bangku kuliah. Perdebatan hebat
antara aku dan orang-orang dekatku kala itu akhirnya diputuskan dengan
kompromi. Pilihan pertama UMPTN sesuai keinginan ibu (kedokteran) sedangkan
pilihan kedua pilihanku sendiri (Biologi). Deal, begitu pikirku.
Setiap
mendengar kata “Biologi” orang-orang begitu sinis padaku. Mau bekerja apa,
bekerja di mana, dan sebagainya adalah pertanyaan yang menjadi makanan
sehari-hari bagiku. Hingga akhirnya aku benar-benar lolos untuk pilihan kedua,
suara-suara sumbang itu masih saja terdengar.
Sebagai
seorang biologist saya belajar banyak. Memang di sini saya bukan dokter,
tetapi saya belajar mengenai cara-cara untuk hidup sehat. Bagaimana cara
menjaga kesehatan, mencegah penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, dan
sebagainya. Hal yang seakan sepele ini bisa saya terapkan pada diri dan
keluarga, serta keluarga yang akan saya bentuk nantinya. Saat ini sudah
berusaha saya ajarkan sedikit demi sedikit pada murid dan juga keluarga,
berhubung saya belum menikah.
Berlanjut
pada pasangan hidup. Gen dari seorang anak dipengaruhi oleh gen dari orang
tuanya. Maka dari itu pemilihan pasangan hidup yang tepat sangat penting.
Akhlak dan karakternya harus baik, begitu pula agamanya dan ilmunya. Kemudian
kami akan sejalan dalam mendidik buah hati kami nantinya. Setelah saya menikahi
pria tersebut dan (Insyaa Allah) hamil maka akan ada periode-periode emas dalam
mendidik anak, bahkan sejak dalam kandungan. Waktu-waktu tersebut akan saya
optimalkan, kami akan mendidik sesuai periode emas itu dan mendukung
pertumbuhan dan perkembangannya dengan makanan yang sehat dan bergizi. ASI akan
menjadi prioritas saya, di mana dengan menyusui maka akan terjalin kedekatan
yang erat antara ibu dengan bayinya. Tak hanya itu, ibu dan bayi akan lebih
sehat, daya tahan tubuh bayi meningkat, dan menjadi anak yang cerdas. Sampai
dewasa pun saya akan coba membiasakan dia dengan makanan-makanan yang sehat dan
bergizi dan menghindarkannya dari hal-hal yang merusak tubuh (baik kebiasaan,
gaya hidup, pola pikir, dan sebagainya). Ini sangat penting bagi seorang pemimpin.
Di dalam
keseharian kami akan mengajarkan agama dan akhlak melalui keteladanan. Sudah
agak lama saya membiasakan diri bertutur kata positif / dalam bentuk positif
agar pesan itu bisa lebih diterima otak lawan bicara. Nantinya, ananda pun
sedikit banyak akan belajar tentangnya. Sebagai seorang pemimpin, tak
sepatutnya berkata-kata kasar / buruk.
Saya akan
ajarkan tentang alam, menanam tumbuhan, menghemat sumber daya, menjaga
kebersihan, dan hal-hal yang seakan sepele tapi akan tertanam kuat dalam diri pemimpin
kecilku nantinya. Di kala dewasa, dia akan menjadi pemelihara alam, bukan
sebaliknya.
Begitu
pentingnya ilmu bagi seorang pemimpin, maka saya pun akan membekalinya dengan
ilmu yang bermanfaat. Ada waktu-waktu emas pula dalam menuntut ilmu serta bagaimana
cara belajar yang mudah dan menyenangkan. Dengan mengetahui hal itu, anak akan
semakin mudah memahami ilmu. Biasanya setiap anak mempunyai potensi yang
menonjol, itu salah satu sasaran saya. Lainnya, saya tetap akan mengajarkan
tentang kepedulian sosial dan ilmu-ilmu lain agar wawasannya kaya.
Mengenai
perilaku anak tak lepas dari lingkungan. Oleh sebab itu pilihkan lingkungan
yang baik untuk anak. Pemilihan rumah, sekolah, teman bermain, dan sebagainya
plus didukung ilmu agama yang baik, Insyaa Allah anak akan menjadi orang yang
berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Tambahan lagi, rizkinya berusaha mencari
yang halal-halal saja. Rizki haram bisa menjadikan anak nakal / susah diatur,
atau hal-hal buruk lain.
Ini semua
belum tentu diketahui oleh ibu yang kurang berpendidikan / belum sarjana.
Mengenai pilihan hidup setelah menikah, baik bekerja atau menjadi ibu rumah
tangga pendidikan sang ibu tetaplah penting untuk diajarkan (dan diterapkan)
pada buah hatinya. Jadi, sejak sarjana, menikah, hamil, dan membesarkan anak
Insyaa Allah ilmu biologi saya itu akan terpakai terus. Bermanfaat bukan
kuliahnya? Sarjanaku tak hanya untuk diriku, tetapi untuk keluargaku dan
pemimpin kecilku juga. Insyaa Allah.
Langganan:
Postingan (Atom)