Dalam 10 tahun terakhir perikanan tangkap di seluruh dunia tidak berkembang, termasuk di Indonesia. Di Indonesia sendiri kondisi ini disebabkan karena overfishing, pencurian ikan oleh kapal-kapal asing, maupun penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Meskipun ikan termasuk sumber daya alam yang dapat diperbarui tetapi jika hal ini tidak ditangani dengan serius maka kelangkaan ikan siap menghadang.
Meningkatnya permintaan terhadap
produk-produk perikanan adalah suatu keniscayaan. Pertumbuhan penduduk yang
meningkat dari tahun ke tahun ditambah dengan meningkatnya kesadaran akan
konsumsi ikan dan produk-produk perikanan adalah alasannya. Belum lagi
kebutuhan dari industri-industri farmasi, kosmetik, dan industri-industri
lainnya membuat industri perikanan benar-benar harus ditingkatkan. Selain sebagai
upaya meningkatkan ketahanan pangan juga sebagai upaya untuk meningkatkan
devisa negara.
FAO memperkirakan kebutuhan global
terhadap ikan dan produk pengolahan ikan pada tahun 2015 meningkat hingga 183
juta ton. Mengharapkan perikanan tangkap untuk saat ini sudah tidak
memungkinkan lagi. Malahan menurut menteri Susi perikanan tangkap perlu distop
sesaat agar ikan-ikan di laut bisa memulihkan diri dan tidak terjadi kelangkaan
ikan. Oleh karena itu solusi dari pemenuhan kebutuhan akan ikan adalah dengan
cara meningkatkan perikanan budidaya. Berbeda dengan perikanan tangkap, tren perikanan
budidaya di seluruh dunia meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Indonesia
termasuk salah satu dari produsen perikanan budidaya terbesar di dunia, dengan
hasil mencapai 14,52 juta ton (data sementara) pada tahun 2014. Lebih dari 70%
produksi ikan air tawar diserap oleh pasar dalam negeri. Meski demikian ada
juga ikan-ikan yang diekspor. Komoditas ekspor perikanan budidaya laut di Indonesia
produk unggulannya berupa udang, kerapu, rumput laut, dan ikan hias; sedangkan
perikanan budidaya air tawar produk unggulannya berupa lele, nila, dan udang
galah. Kita perlu memfokuskan diri terutama pada produk-produk tersebut lalu
mengembangkannya dengan memperhatikan 6 syarat, yaitu lokasi, benih, pakan,
antivirus, teknologi, dan pemasaran.
Pilihlah lahan yang strategis dan
benih dari induk yang unggul. Salah satu cara untuk mendapatkan benih ini
adalah melalui CP Prima, sebagai
perusahaan yang memperbaiki genetika udang sehingga didapat galur murni
berkualitas unggul.
Pakan merupakan salah satu
tantangan yang tidak bisa dianggap remeh. Selama ini biaya pakan ikan bisa
mencapai 70-80% dari biaya produksi. Padahal, petani membutuhkan pakan yang
bergizi dengan harga murah. Solusinya adalah dengan membuat pakan sendiri dari
bahan baku pakan lokal (berasal dari daerah setempat) namun tetap mengacu dan
memenuhi SNI. Tentu saja di sini perlu diadakan pelatihan atau pendampingan
terhadap para petani agar mereka tahu bahan baku lokal apa saja yang bisa
digunakan, kandungan nutrien bahan tadi apa saja, serta bagaimana caranya
membuat pakan yang sesuai dengan prosedur standar operasional. Jika membutuhkan
yang siap pakai juga bisa dibeli di CP Prima.
Sebagaimana manusia, ikan juga bisa
terkena hama atau penyakit, misalnya penyakit akibat limbah pakan yang mengumpul
di bawah jaring apung. Untuk mengatasinya diperlukan antivirus yang tepat.
Peran teknologi juga tidak bisa
diabaikan. Penggunaan inovasi teknologi yang ramah lingkungan sangat menunjang
majunya perikanan budidaya, apalagi jika didukung dengan keahlian yang memadai
dari petani. Untuk tujuan ini petani perlu diajari dan didampingi. Akan lebih
baik jika petani-petani tadi diberi benih unggul dengan gratis, lalu diberi
sewa lahan / bantuan modal sambil diberi pendampingan. Mereka harus membuat
catatan dan foto dengan detail setiap tahapnya mulai dari pembenihan,
pemanenan, hingga pemasaran. Apabila ada masalah maka mereka akan melaporkannya
pada pembimbingnya masing-masing. Baru setelah mereka bisa mereka dilepas untuk
membudidayakan sendiri tanpa bimbingan sama sekali. Benih hasil mereka kemudian
diberikan kepada petani pemula lagi, begitu seterusnya agar terjadi kerja sama
dan saling tolong-menolong di antara mereka. Akan lebih baik jika pengembangan
perikanan budidaya ini didukung penuh oleh pemerintah daerah serta terjadi
sinergi antara pemerintah pusat dan provinsi. Bentuknya bisa berupa kebijakan
pemerintah.
Agar produk bisa diterima tentu ada
syarat-syarat yang harus dipenuhi. Selain kualitasnya harus bagus, produk itu
harus memenuhi keamanan pangan. Residu dari produk perikanan budidaya harus
selalu dimonitoring.
Proses selanjutnya adalah
pemasaran. Agar produk itu laris terjual pembudidaya perlu dihubungkan dengan
investor. Selain itu, pemerintah perlu membuka akses pasar baru dan membangun
pusat promosi ikan.
Ke semua hal ini perlu modal. CP Prima peduli akan hal ini dengan
berusaha menghubungkan petani dengan narasumber dari perbankan, agar mereka
mengetahui bagaimana cara untuk mendapatkan modal dan kredit usaha.
Jika semua berjalan dengan lancar
maka harapannya hasil akan melimpah. Hasil yang melimpah juga bisa menjadi
mubazir (sia-sia) jika petani tidak tahu cara memanfaatkannya dengan baik,
sebagaimana terjadi di Muncar, banyak ikan laut yang dibuang karena harganya
murah. Untuk itu, petani juga perlu diajarkan mengenai cara diversifikasi
produk akuakultur secara terintegrasi, misalnya dengan membuat pupuk cair
organik dari ikan.
Semua upaya tersebut patut dicoba agar
perikanan budidaya di Indonesia lebih maju.
Sumber gambar : Web CP Prima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar