Rabu, 06 Mei 2015

Upaya Memajukan Perikanan Budidaya di Indonesia


Dalam 10 tahun terakhir perikanan tangkap di seluruh dunia tidak berkembang, termasuk di Indonesia. Di Indonesia sendiri kondisi ini disebabkan karena overfishing, pencurian ikan oleh kapal-kapal asing, maupun penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Meskipun ikan termasuk sumber daya alam yang dapat diperbarui tetapi jika hal ini tidak ditangani dengan serius maka kelangkaan ikan siap menghadang.
Meningkatnya permintaan terhadap produk-produk perikanan adalah suatu keniscayaan. Pertumbuhan penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun ditambah dengan meningkatnya kesadaran akan konsumsi ikan dan produk-produk perikanan adalah alasannya. Belum lagi kebutuhan dari industri-industri farmasi, kosmetik, dan industri-industri lainnya membuat industri perikanan benar-benar harus ditingkatkan. Selain sebagai upaya meningkatkan ketahanan pangan juga sebagai upaya untuk meningkatkan devisa negara.
FAO memperkirakan kebutuhan global terhadap ikan dan produk pengolahan ikan pada tahun 2015 meningkat hingga 183 juta ton. Mengharapkan perikanan tangkap untuk saat ini sudah tidak memungkinkan lagi. Malahan menurut menteri Susi perikanan tangkap perlu distop sesaat agar ikan-ikan di laut bisa memulihkan diri dan tidak terjadi kelangkaan ikan. Oleh karena itu solusi dari pemenuhan kebutuhan akan ikan adalah dengan cara meningkatkan perikanan budidaya. Berbeda dengan perikanan tangkap, tren perikanan budidaya di seluruh dunia meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Indonesia termasuk salah satu dari produsen perikanan budidaya terbesar di dunia, dengan hasil mencapai 14,52 juta ton (data sementara) pada tahun 2014. Lebih dari 70% produksi ikan air tawar diserap oleh pasar dalam negeri. Meski demikian ada juga ikan-ikan yang diekspor. Komoditas ekspor perikanan budidaya laut di Indonesia produk unggulannya berupa udang, kerapu, rumput laut, dan ikan hias; sedangkan perikanan budidaya air tawar produk unggulannya berupa lele, nila, dan udang galah. Kita perlu memfokuskan diri terutama pada produk-produk tersebut lalu mengembangkannya dengan memperhatikan 6 syarat, yaitu lokasi, benih, pakan, antivirus, teknologi, dan pemasaran.



Pilihlah lahan yang strategis dan benih dari induk yang unggul. Salah satu cara untuk mendapatkan benih ini adalah melalui CP Prima, sebagai perusahaan yang memperbaiki genetika udang sehingga didapat galur murni berkualitas unggul.
Pakan merupakan salah satu tantangan yang tidak bisa dianggap remeh. Selama ini biaya pakan ikan bisa mencapai 70-80% dari biaya produksi. Padahal, petani membutuhkan pakan yang bergizi dengan harga murah. Solusinya adalah dengan membuat pakan sendiri dari bahan baku pakan lokal (berasal dari daerah setempat) namun tetap mengacu dan memenuhi SNI. Tentu saja di sini perlu diadakan pelatihan atau pendampingan terhadap para petani agar mereka tahu bahan baku lokal apa saja yang bisa digunakan, kandungan nutrien bahan tadi apa saja, serta bagaimana caranya membuat pakan yang sesuai dengan prosedur standar operasional. Jika membutuhkan yang siap pakai juga bisa dibeli di CP Prima.




Sebagaimana manusia, ikan juga bisa terkena hama atau penyakit, misalnya penyakit akibat limbah pakan yang mengumpul di bawah jaring apung. Untuk mengatasinya diperlukan antivirus yang tepat.
Peran teknologi juga tidak bisa diabaikan. Penggunaan inovasi teknologi yang ramah lingkungan sangat menunjang majunya perikanan budidaya, apalagi jika didukung dengan keahlian yang memadai dari petani. Untuk tujuan ini petani perlu diajari dan didampingi. Akan lebih baik jika petani-petani tadi diberi benih unggul dengan gratis, lalu diberi sewa lahan / bantuan modal sambil diberi pendampingan. Mereka harus membuat catatan dan foto dengan detail setiap tahapnya mulai dari pembenihan, pemanenan, hingga pemasaran. Apabila ada masalah maka mereka akan melaporkannya pada pembimbingnya masing-masing. Baru setelah mereka bisa mereka dilepas untuk membudidayakan sendiri tanpa bimbingan sama sekali. Benih hasil mereka kemudian diberikan kepada petani pemula lagi, begitu seterusnya agar terjadi kerja sama dan saling tolong-menolong di antara mereka. Akan lebih baik jika pengembangan perikanan budidaya ini didukung penuh oleh pemerintah daerah serta terjadi sinergi antara pemerintah pusat dan provinsi. Bentuknya bisa berupa kebijakan pemerintah.
Agar produk bisa diterima tentu ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Selain kualitasnya harus bagus, produk itu harus memenuhi keamanan pangan. Residu dari produk perikanan budidaya harus selalu dimonitoring.
Proses selanjutnya adalah pemasaran. Agar produk itu laris terjual pembudidaya perlu dihubungkan dengan investor. Selain itu, pemerintah perlu membuka akses pasar baru dan membangun pusat promosi ikan.
Ke semua hal ini perlu modal. CP Prima peduli akan hal ini dengan berusaha menghubungkan petani dengan narasumber dari perbankan, agar mereka mengetahui bagaimana cara untuk mendapatkan modal dan kredit usaha.
Jika semua berjalan dengan lancar maka harapannya hasil akan melimpah. Hasil yang melimpah juga bisa menjadi mubazir (sia-sia) jika petani tidak tahu cara memanfaatkannya dengan baik, sebagaimana terjadi di Muncar, banyak ikan laut yang dibuang karena harganya murah. Untuk itu, petani juga perlu diajarkan mengenai cara diversifikasi produk akuakultur secara terintegrasi, misalnya dengan membuat pupuk cair organik dari ikan.
Semua upaya tersebut patut dicoba agar perikanan budidaya di Indonesia lebih maju.


Sumber gambar : Web CP Prima.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar