Rabu, 29 Juli 2015

“METAMORFOSIS” PENGGUNA YANG KENA BATUNYA AKIBAT NARKOBA


Kengerian akibat narkoba harus diekspose dengan sangat dramatis agar orang-orang yang berniat mencoba akan mengurungkan niatnya. Pasalnya selama ini beberapa orang mungkin hanya mendengar informasi mengenai kenikmatan-kenikmatan semu yang ditawarkan oleh narkoba. Informasi yang tak imbang akhirnya membuat mereka mencobanya hingga menimbulkan penyesalan yang mendalam dan kondisi yang sulit/tak mungkin kembali. Mereka mengalami “metamorfosis” pada kondisi mental dan fisiknya (penampilan, kesehatan, dan lain-lain), dan tentu saja kondisi-kondisi lain juga (kondisi keuangan, hubungan sosial, dan sebagainya).

Sherif Multnonamah County, polisi di Oregon, Amerika Serikat menyadari akan hal ini sehingga polisi di Oregon, Amerika Serikat ini menggunakan media visual (foto-foto) untuk kampanye anti narkoba seperti berikut:




Perubahan wajah pengguna ekstasi: kiri (Mei 2000), kanan (November 2000)





Perubahan wajah pengguna heroin: kiri (2003), kanan (2007)



Secara fisik pada umumnya para pengguna narkoba akan terlihat menua, luka-luka, makin kurus, atau tidak segar. Dua gambar di atas mendukung fakta ini. Di samping itu penampakan serupa bisa dilihat pada aktor Home Alone, Macaulay Culkin seperti di bawah ini:




Macaulay Culkin



Lebih ekstrim lagi, ada pengguna narkoba yang pesok kepalanya akibat kecelakaan hingga mengakibatkan kepala dan otaknya tinggal separuh. Dia menggunakan narkoba saat mengemudi dan akhirnya kena batunya. Meski terlihat mengerikan Rodriguez termasuk beruntung, pasalnya ada juga pengguna narkoba lain yang mengalami koma atau bahkan langsung meninggal dalam peristiwa serupa.





Carlos 'Halfy' Rodriguez, manusia berkepala separuh



Kesemua hal di atas baru merupakan perubahan luar yang terjadi/tampak. Perubahan lain seperti perubahan terhadap kesehatan tubuh dan jiwa juga dialami oleh mereka yang sudah terkena barang haram ini. Pemakai narkoba dengan cara menghirup atau menyuntik kebanyakan akan mengalami demam dan terkadang disertai letih lesu. Jangan lupa, pemakaian narkoba suntik juga meningkatkan risiko terkena penyakit AIDS! Penurunan berat badan didapati pada 10-15% kasus, sedangkan sesak nafas hanya ada sekitar 10% kasus.

Jika seseorang memakai shabu-shabu atau putau secara berlebihan maka ia berisiko menghadapi kematian atau stroke, di sisi lain pemakai ganja yang sudah memakai sejak remaja kelak di masa tua berisiko 30% lebih besar untuk menjadi cacat.

Pada wanita risiko gangguan kesehatan akibat narkoba lebih tinggi daripada pria. Ibu yang sedang hamil cenderung akan melahirkan bayi yang membiru seperti orang sakau. Tidak berhenti sampai di situ, setelah melahirkan nanti sang ibu harus berhati-hati dalam menyusui bayinya. Apabila selepas memakai narkoba ibu langsung menyusui anaknya maka anaknya akan terlihat seperti teler. Jadi, dampak tersebut juga bisa dirasakan oleh anaknya.

Pada tahap tertentu (syok atau overdosis) gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh narkoba bisa serupa dengan gangguan kesehatan karena penyebab lain. Gangguan yang dimaksud misalnya berupa radang paru-paru, pembesaran limpa, penyakit jantung, kerusakan hati atau ginjal, TBC, gagal jantung, demam rematik atau tersebarnya kuman dalam darah.

Kebanyakan memakai narkoba juga bisa menyebabkan gangguan jiwa, menghentikan pemakaiannya pun juga bisa berakibat serupa. Pengguna ganja biasanya akan mengalami kecemasan, depresi, dan apatis. Penghentian pemakaian narkoba jenis stimulan, seperti shabu, akan menyebabkan gejala putus obat seperti depresi dan lesu, serta terkadang kram perut. Dalam jangka panjang, bisa mengakibatkan gangguan jiwa. Gangguan jiwa juga bisa didapati pada pasien yang menghentikan pemakaian narkoba jenis halusinogen. Bagaimana jika yang dihentikan adalah narkoba jenis depresan? Narkoba jenis depresan seperti putau atau heroin jika dihentikan pemakaiannya bisa menyebabkan gejala putus obat berupa cemas, gelisah, dan sakit di sekujur badan. Selain menyebabkan gangguan jiwa, mantan pecandu biasanya bisa dikenali dari cara bicaranya yang tidak runtun/meloncat-loncat.

Menghentikan kecanduan narkoba memang tidak mudah dan tidak bisa serta merta membuat kondisi tubuh dan jiwa pulih seperti sedia kala. Bagaimanapun, narkoba adalah penyakit kambuhan menahun (chronic relapsing disease). Tingkat kekambuhannya tinggi meskipun sudah menjalani rehabilitasi. Seseorang yang sudah menggunakan narkoba akan sulit berhenti. Keinginan untuk mengkonsumsi lagi itu biasanya tetap ada meskipun sudah berhenti selama bertahun-tahun. Sejak awal menghindarkan diri dari jerat narkoba memang lebih baik daripada mengobatinya. Oleh karena itu, jauhkan diri kita dan orang-orang yang kita sayangi dari narkoba! Kesehatan kita sangat berharga, jangan sia-siakan kesehatan dan hidup kita dengan mendekati zat-zat yang bernama “narkoba”! Dengan menjauhi narkoba, kita tidak perlu “bermetamorfosis” ke kondisi yang lebih buruk: kesehatan kita tidak perlu menurun, pikiran dan jiwa kita tidak terganggu, dan lain-lain. Kita sebagai manusia dikaruniai akal pikiran. Jangan rusak otak kita dengan penggunaan narkoba yang menyebabkan otak tidak bisa berfikir dan melakukan fungsinya dengan baik! Kita butuh otak kita, kita butuh sehat, dan kita butuh untuk bisa melakukan fungsi-fungsi kehidupan dengan baik. Say no to drugs!


Sumber:
Http://health.kompas.com/read/2015/01/09/1415003/Dalam.Cengkeraman.Narkoba



Tulisan ini diikutsertakan di dalam lomba blog bertema "Hidup Sehat Tanpa Narkoba".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar